NEWSTICKER

Tag Result:

Pengamat: Riak Berbahaya Justru dari Ketidaknetralan Presiden Jokowi

Pengamat: Riak Berbahaya Justru dari Ketidaknetralan Presiden Jokowi

Nasional • 4 hours ago

Pengamat Politik Ray Rangkuti mengatakan riak-riak berbahaya yang dimaksud Presiden Jokowi justru berasal dari ketidaknetralan Jokowi di Pilpres 2024. 

"Riak-riak itu justru disebabkan sikap presidennya yang terlihat tidak netral dalam pelaksanaan pemilu ini. Contoh kemarin, datang di Rakernas PDI Perjuangan, padahal PDIP salah satu partai aja. Di rapat Golkar gak datang, di rapat NasDem gak datang," jelas Ray dalam program Primetime News Metro TV, Rabu 7 Juni 2023. 

Saat Rakernas PDIP, Jokowi menyebut bahwa Ganjar Pranowo memiliki keberanian dan nyali. Ray Rangkuti menilai pernyataan Jokowi tersebut bisa memicu konflik riak di masyarakat. 

"Itu menunjukan cawe-cawenya sudah langsung nunjuk orang nih.Kalau sikap yang seperti itu memunculkan riak-riak, ya karena presidennya," pungkasnya. 

Denny Indrayana Kirim Surat Terbuka ke DPR Minta Jokowi Dimakzulkan

Denny Indrayana Kirim Surat Terbuka ke DPR Minta Jokowi Dimakzulkan

Nasional • 6 hours ago

Mantan Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana kembali mengirim surat terbuka kepada DPR. Tuntutan Denny tergolong serius, karena meminta DPR untuk memulai proses pemeriksaan pemakzulan (impeachment) terhadap Presiden Joko Widodo.

"Saya berpendapat, Presiden Joko Widodo sudah layak menjalani proses pemeriksaan impeachment (pemakzulan) karena sikap tidak netralnya alias cawe-cawe dalam Pilpres 2024," kata Denny dalam surat terbuka kepada Pimpinan DPR RI, Selasa 7 Juni 2023. 

Mantan Wamenkumham Denny Indrayana menyampaikan, bahwa Presiden Jokowi diduga sedari awal membuat desain bahwa hanya ada dua capres dalam Pilpres 2024. Denny mengurai adanya tiga dugaan pelanggaran konstitusi yang dilakukan Presiden Jokowi. 

Pertama, Jokowi diduga menggunakan kekuasaan menghalangi Anies Baswedan sebagai kandidat calon presiden. 

Kedua, Denny menduga bahwa Presidne Jokowi membiarkan upaya Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menganggu kedaulatan Partai Demokrat. 

Ketiga, Denny juga menyebut Presiden Jokowi diduga menggunakan kekuasaan dan sistem hukum untuk menekan pimpinan partai politik. Dirinya menduga Jokowi menggunakan kuasanya atas Polri, KPK, dan Kejaksaan Agung. 

PKS: Tak Ada Riak-Riak yang Membahayakan Indonesia

PKS: Tak Ada Riak-Riak yang Membahayakan Indonesia

Nasional • 6 hours ago

Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menegaskan bahwa tidak ada riak-riak yang membahayakan Indonesia. Menurutnya, tidak pantas Presiden Joko Widodo melakukan cawe-cawe urusan Pilpres 2024. 

"Karena justru Pak Jokowi menjadi negarawan yang bijak. Tidak ada riak-riak yang membahayakan," kata Mardani dalam tayangan Primetime News, Metro TV, Rabu (7/6/2023). 

Mardani menjelaskan bahwa indeks demokrasi Indonesia masih aman. Penegakan hukum masih tetap berjalan dan demonstrasi masih terkontrol. 

"Normal jika ada perbedaan pendapat. Justru ketika ada pemimpin yang tidak sabar, yang tidak bijak, kalau ambil intervensi berbahaya," yjar Mardani. 

Politikus PKS itu bahkan menyebut cawe-cawe berbahaya dan justru mengerdilkan Presiden Joko Widodo. Pihaknya berharap agar Pemilu 2024 lebih dari dua pasang capres dan cawapres 2024. 

"Kalau presiden mau mengangkat riak-riak, bisa kita lihat kok trending topik yang ada, normal-normal semua, kita semua lagi going back to normal setelah pandemi," ungkapnya. 

Sementara Analis Politik Ray Rangkuti menilai bahwa cawe-cawe yang dilakukan Presiden Joko Widodo untuk memastikan agar program kerja yang telah dibuatnya bisa dilanjutkan. Setelah cawe-cawe kini muncul istilah riak-riak yang sedang berkembang di masyarakat.

"Riak itu dalam pengertian kisruh dalam pengerian kotor dalam pengertian macam-macam yang membuat kita ngeri memandangnya," kata Ray. 

"Bersyukur belum ada yang membuat kita merasa was-was menghadapi 2024, kecuali seperti politik uang yang sudah merajalela," tuturnya. 

Di sisi lain, Tenaga Ahli Utama KSP, Joanes Joko justru menegaskan bahwa cawe-cawe Presiden Joko Widodo bukan sebagai bentuk intervensi politik menjelang Pilpres 2024. Cawe-cawe Presiden Joko Widodo dilakukan dalam kapasitasnya sebagai kepala negara. 

"Kepala negara pasti punya keinginan, pasti punya tanggung jawab moral untuk memastikan bangsa Indonesia dalam kondisi baik dan tidak terganggu," ucap Joanes. 

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengungkap bahwa ada riak-riak yang membahayakan negara. Hal itu diungkap saat Joko Widodo menanggapi sikap cawe-cawe politiknya, sekaligus tanggung jawab moral sebagai presiden dalam masa transisi kepemimpinan nasional. 

Prabowo Konsultasi Cawapres dengan Jokowi, Gerindra: Sebagai Sahabat

Prabowo Konsultasi Cawapres dengan Jokowi, Gerindra: Sebagai Sahabat

Nasional • 7 hours ago

Partai Gerindra mengakui melakukan konsultasi dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam penentuan bakal calon wakil presiden (bacapres) pendamping Prabowo Subianto.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman menyebut ada nama Erick Thohir yang menjadi nama potensial pendamping Prabowo. Nama Erick Thohir juga sudah dikomunikasikan dengan Jokowi.

Alasan mengapa harus dikomunikasikan dengan kepala negara, lantaran Jokowi merupakan sosok sahabat bagi Prabowo. 

"Saya bilang sahabat ya. Kan kami berkoalisi. Saat ini punya komitmen bagaimana Indonesia ke depan bisa lebih kuat, memiliki pemimpin nasional yang berani membela kepentingan bangsa, dan negara," ujar Habiburokhman, dalam program Primetime News Metro TV, Rabu, 7 Juni 2023.

"Saya tidak tahu, apakah ada Pak Erick Thohir atau hanya Pak Erick Thohir saja, tapi soal capres dan cawapres tentu pak Prabowo, pak Muhaimin yang sahabatnya juga, dan pak Jokowi tentu berdiskusi," katanya.

Canda Jokowi Pidato soal Pemenang Pilpres di Ecosperity Week Singapura

Canda Jokowi Pidato soal Pemenang Pilpres di Ecosperity Week Singapura

Nasional • 7 hours ago

Presiden Jokowi dalam pembukaan Ecosperity Week 2023 Singapura, Rabu 7 Juni 2023 memberikan tebak-tebakan, siapa pemenang presiden Indonesia pada tahun depan. Pernyataan presiden disambut oleh tawa para tamu yang hadir. 

"Saya akan mencoba bertanya kepada anda semua, siapa yang akan memenangkan pilpres selanjutnya?" tanya Jokowi dengan diikuti gelak tawa para hadirin. 

Dengan mengangkat kedua tangan, Jokowi mengatakan bahwa dirinya salah pidato. "Ah. Salah Pidato,"lanjutnya. 

Presiden tidak memberikan petunjuk apapun, namun menyebut penggantinya akan membawa Indonesia menjadi raksasa Asia. 

"Siapapun yang akan memimpin Indonesia akan fokus membuat negara yang besar ini menjadi powerhouse dan raksasa Asia," tambahnya

Presiden pun berupaya memastikan kepada para hadirin, bahwa situasi akan baik-baik saja. Berbagai investasi dan pembangunan IKN akan tetap berjalan sebagaimana rencana. 

"Semua akan baik-baik saja, tak perlu khawatir, investasi anda di Indonesia akan terus berjalan dengan aman dan juga keberlanjutan pembangunan Ibu Kota Nusantara,", pungkasnya. 

Hasrat Presiden Jokowi Cawe-Cawe di Pemilu 2024 Semakin Mengemuka

Hasrat Presiden Jokowi Cawe-Cawe di Pemilu 2024 Semakin Mengemuka

Nasional • 13 hours ago

Hasrat Presiden Joko Widodo untuk ikut campur dalam pemilu semakin mengemuka. Mulanya Joko Widodo membantah habis-habisan bahwa ia cawe-cawe ketika disinggung usai bertemu enam ketua umum parpol di Istana Kepresidenan, minus Partai NasDem.
 
Bantahan cawe-cawe pada 4 Mei 2023 berubah menjadi pengakuan tidak sampai satu bulan setelahnya, yakni pada 29 Mei 2023 saat bertemu para pemimpin media dan content creator. Katanya, cawe-cawe versi Joko Widodo dilakukan demi bangsa dan negara untuk meneruskan visi misinya.

Sebelum mengakui cawe-cawe, Joko Widodo pernah terang-terangan menyatakan akan menjadi pembisik partai politik kaitannya dengan urusan menyiapkan calon pemimpin. Ini disampaikan pada Musra Relawan Joko Widodo pada 14 Mei 2023 di Senayan.

Dalam acara pengesahan Ganjar Pranowo sebagai Bacapres PDIP, Joko Widodo menyebut butuh orang yang bisa meneruskan warisannya.
 
Mencari penerus bangsa untuk menjaga warisannya menjadi alasan Joko Widodo untuk cawe-cawe. Definisi ini bergeser pada saat Rakernas PDIP, Selasa (6/6/2023). Joko Widodo menekankan soal riak-riak dalam hajatan politik lima tahunan itu.

Kali ini Joko Widodo seolah membaca akan ada riak-riak yang bisa jadi mengganggu kepentingannya. Sehingga perlu cawe-cawe. Lantas, apakah Joko Widodo didikte atau mendikte dalam cawe-cawe ini? Apakah ada yang menekannya?

Ketua Umum PDIP Megawati membantah menekan Joko Widodo dan memastikan dirinya sebagai ketua partai yang menaungi Joko Widodo taat aturan.

Entah ditekan atau tidak soal memilih capres, dikte mendikte penguasa dalam demokrasi adalah salah. Tidak ada dalam aturan apapun yang menyebut kepala negara boleh ikut campur dalam pemilu.

Inkonsistensi Jokowi soal Cawe-Cawe

Inkonsistensi Jokowi soal Cawe-Cawe

Nasional • 18 hours ago

Paling tidak sudah tiga kali Presiden Joko Widodo mengubah definisi cawe-cawe dalam hajatan politik pemilu mendatang. Mulanya, Jokowi membantah habis-habisan. Belakangan mengakui, bahkan mengubah makna dari cawe-cawe itu sendiri. 

Hasrat Presiden Joko Widodo untuk ikut campur dalam pemilu semakin mengemuka. Mulanya, Joko Widodo membantah habis-habisan bahwa ia cawe-cawe ketika disinggung usai bertemu enam ketua umum parpol di Istana Kepresidenan, minus Partai NasDem.
 
"Bukan cawe-cawe, wong itu diskusi saja kok (masa) cawe-cawe. Saya tadi sampaikan, saya ini juga pejabat politik. Saya bukan cawe-cawe. Urusan Capres, Cawapres itu urusannya partai atau gabungan partai," kata Jokowi di Jakarta, Kamis (4/5/2023).

Bantahan cawe-cawe itu berubah menjadi pengakuan tidak sampai satu bulan setelahnya, yakni pada 29 Mei saat bertemu para pemimpin media dan content creator. Katanya, cawe-cawe versi Joko Widodo dilakukan demi bangsa dan negara untuk meneruskan visi misinya.
 
Sebelum mengakui cawe-cawe, Joko Widodo pernah terang-terangan menyatakan akan menjadi pembisik partai politik, kaitannya dengan urusan menyiapkan calon pemimpin. Ini disampaikan pada Musra Relawan Joko Widodo pada 14 Mei lalu di Senayan.

"Yang bisa mencalonkan itu partai atau gabungan partai, sehingga itu bagian saya untuk memberikan bisikan kuat, kepada partai-partai yang juga koalisinya belum selesai. Jadi, kalau saya sampaikan sekarang untuk apa," ujar Jokowi dalam memberikan sambutan pada acara Musyawarah Rakyat (Musra), di Istora Senayan, Jakarta, Minggu, (14/5/2023).

Dalam acara pengesahan Ganjar Pranowo sebagai capres PDIP, Joko Widodo menyebut butuh orang yang bisa meneruskan warisannya. "Pemimpin yang baru harus terus melanjutkan visi bangsa dan program-program unggulan yang telah dicanangkan," ujarnya. 

Mencari penerus bangsa untuk menjaga warisannya, menjadi alasan Joko Widodo untuk cawe-cawe. Definisi ini bergeser saat Rakernas PDIP, Selasa (6/6/2023). Joko Widodo menekankan soal riak-riak dalam hajatan politik lima tahunan itu.

Kali ini, Joko Widodo seolah membaca akan ada riak-riak yang bisa jadi mengganggu kepentingannya, sehingga perlu cawe-cawe. Muncul pertanyaan, apakah Joko Widodo didikte atau mendikte dalam cawe-cawe ini? 

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati membantah menekan Joko Widodo dan memastikan dirinya sebagai ketua partai yang menaungi Joko Widodo taat aturan.

Entah ditekan atau tidak soal memilih capres, dikte-mendikte penguasa dalam demokrasi adalah salah. Tidak ada dalam aturan apapun yang menyebut kepala negara boleh ikut campur dalam pemilu.

Moralitas Semu Cawe Cawe

Moralitas Semu Cawe Cawe

Nasional • 1 day ago

Ibarat pepatah anjing menggonggong kafilah berlalu. Presiden Joko Widodo pantang mundur cawe-cawe dalam perhelatan akbar Pemilihan Presiden 2024. Alasannya, kata Jokowi, hal itu sebagai kewajiban moral dan tanggung jawab sebagai presiden dalam masa transisi kepemimpinan nasional pada 2024. Sikap itu disampaikan Jokowi usai pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDI Perjuangan yang digelar di Sekolah Partai PDIP, Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (6/6).

Tak ada yang pantas dibanggakan dalam konsistensi sikap cawe-cawe Jokowi dalam Pilpres belakangan ini meskipun di awal mantan Wali Kota Solo itu menyangkalnya. Diksi cawe-cawe merusak sistem ketatanegaraan, terlebih lagi Jokowi selaku Kepala Negara meng-endorse salah satu atau dua bakal calon presiden yang akan berkontestasi dalam Pilpres 2024. 

Cawe-cawe Jokowi dalam meng-endorse bakal calon presiden terlihat dalam berbagai kesempatan, seperti Musyawarah Rakyat (Musra) Relawan Jokowi, dan kebersamaannya dengan Bacapres Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Suatu kali Jokowi bilang bahwa pilihlah capres yang berambut putih, sementara kesempatan lain mantan Gubernur DKI ini bilang setelah dirinya masa jabatannya habis, selanjutnya adalah jatah Prabowo untuk menjadi presiden.

Sungguh mengerikan cawe-cawe Jokowi dalam menentukan capres dan cawapres mendatang, karena Jokowi selaku Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan sesuai UUD 1945 adalah memegang kekuasaan tertinggi semua instrumen kenegaraan dan pemerintahan di republik ini. Netralitas Jokowi bisa memengaruhi TNI dan Polri. Tak hanya memengaruhi, Jokowi juga bisa menggerakkan instrumen kekuasaan tersebut untuk mendukung salah satu atau dua capres dan cawapres.

Padahal, urusan pencalonan capres dan cawapres sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu adalah tugas partai politik atau gabungan partai politik. Alhasil, pencalonan presiden dan wakil presiden bukan gawean presiden. Jika Jokowi berkeras untuk cawe-cawe dalam memberikan dukungan kepada capres dan cawapres maka hal itu sebuah petaka bagi kenegaraan dan kebangsaan kita. Pasalnya, JOkowi adalah milik seluruh rakyat Indonesia, bukan milik salah satu kekuatan politik. 

Kewajiban Presiden Jokowi adalah memastikan pesta demokrasi berlangsung lancar dan Selain itu, tercipta Pemilu yang berasaskan langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pemilu sebagai pestanya rakyat dalam berdemokrasi, maka perhelatannya harus penuh suka cita sehingga tingkat partisipasi politik rakyat tinggi. Tingkat partisipasi rakyat ini akan memberikan legitimasi politik bagi capres dan cawapres terpilih.

Indonesia adalah defisit negarawan, tetapi surplus politisi. Jokowi jangan lagi menambah deret hitung politisi yang hanya memikirkan keterpilihan dalam Pemilu, melainkan memikirkan nasib bangsa ini ke depan dengan legasi yang bisa membawa Indonesia sebagai bangsa yang maju, demokratis, dan dibanggakan generasi mendatang.

Soal Cawe-cawe Politik, Jokowi Ingin Pilpres 2024 Berjalan Baik Tanpa Riak Bahayakan Bangsa

Soal Cawe-cawe Politik, Jokowi Ingin Pilpres 2024 Berjalan Baik Tanpa Riak Bahayakan Bangsa

Nasional • 1 day ago

Presiden Jokowi menyebut keputusannya cawe-cawe dalam Pilpres 2024 adalah bagian dari kewajiban moral sebagai presiden. Jokowi menilai ia harus ikut campur untuk mengamankan transisi kepemimpinan agar tidak ada riak yang membahayakan bangsa dan negara. 

"Cawe-cawe itu menjadi kewajiban moral, menjadi tanggung jawab saya sebagai presiden dalam masa transisi kepemimpinan nasional di 2024. Ya harus menjaga agar masa transisi lewat pemilu serentak, lewat pilpres bisa berjalan dengan baik tanpa ada riak yang membahayakan negara dan bangsa," jelas Presiden Jokowi dalam konferensi pers Pembukaan Rakernas III PDIP di Sekolah Partai Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa 6 Juni 2023.

Jokowi mengaku dirinya tidak ingin diam saja dikala Pemilu 2024 terdapat potensi riak-riak. 

"Masa riak-riak yang membahayakan bangsa saya disuruh diam. enggaklah," tambahnya. 

Sebelumnya, Jokowi memastikan dirinya akan cawe-cawe dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Hal itu disampaikan saat bertemu sejumlah pimpinan media massa di Istana Negara, Jakarta Pusat.

"Demi bangsa dan negara saya akan cawe-cawe, tentu saja dalam arti yang positif," ucap Jokowi di Istana Negara, Senin 29 Mei 2023. 

Jokowi menegaskan tidak akan melanggar konstitusi dan mengupayakan Indonesia menjadi negara maju. Menurut Jokowi, Indonesia hanya memiliki waktu 13 tahun ke depan untuk menjadi negara maju. 

Momen Pertemuan Presiden Jokowi dan Megawati di Rakernas PDIP Jadi Sorotan

Momen Pertemuan Presiden Jokowi dan Megawati di Rakernas PDIP Jadi Sorotan

Nasional • 1 day ago

Momen pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Rakernas PDIP menjadi sorotan. Hal itu terjadi setelah muncul isu keretakan hubungan antar keduanya. 

Di panggung depan, Presiden Joko Widodo dan Megawati tampak baik-baik saja. Bahkan  Megawati mengaku tidak berani menekan Jokowi soal Pilpres 2024. Presidan Jokowi mengungkap bahwa Ganjar Pranowo yang merupakan Bacapres pilihan Mega adalah sosok yang bernyali. 

"Pak Jokowi sebagai warga negara mempunyai hak politik dalam konteks itu. Hak politik itu melekat pada warga negara," kata Politikus PDIP Masinton Pasaribu dalam tayangan Primetime News, Metro TV, Selasa (6/6/2023). 

Dalam hal tersebut, Presiden Jokowi tidak berbicara dalam kapasitasnya sebagai Presiden. Namun sebagai warga negara yang mempunyai hak untuk menentukan masa depan bangsa.

"Kalau endorsment pasti semua orang ingin di-endors Pak Jokowi, tetapi Pak jokowi dalam sikap kali ini bahwa Pak Jokowi segaris dan senapas dengan seluruh kader PDIP," ungkap Masinton.

Menurut Masinton, seluruh kader PDIP sudah terbiasa dengan arahan partai dan keputusan partai. Apalagi yang sudah diputuskan oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. 

"Apa yang tampil saat ini dan sebelumnya antara Pak Jokowi dan Ibu Megawati itu menampakkan relasi yang sangat dekat antara ibu dan anak," ujar Masinton. 

Sementara, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menyebut momen pertemuan Jokowi dan Megawati di Rakernas PDIP yakni 'battle of king maker'. Hal itu ia ungkap setelah membaca berita dari media asing dan media lokal. 

"Karena keduanya penentu kemenangan capres yang akan meraih keunggulan di 2024," ujar Burhanuddin. 

Menurut Burhanuddin, Presiden Jokowi yang mengandeng Megawati menunjukkan satu sikap kerendahan hati seorang Presiden kepada senior. Jokowi juga menunjukkan dukungan kepada bacapres PDIP Ganjar Pranowo. 

"Presiden Jokowi punya peran yang banyak. Di satu sisi adalah petugas partai yang tentu punya tugas untuk menyukseskan capres yang diusung partainya sendiri. Tapi di sisi lain beliau juga Presiden yang punya kepentingan subjektif," jelas Burhanuddin. 

Namun, Burhanuddin juga menilai bahwa Presiden Jokowi belum sepenuhnya mendukung Ganjar sebagai bacapres 2024. Sebab Jokowi harus memastikan terlebih dahulu capres dan cawapres penerusnya. 

Momen Hangat Presiden Jokowi Gandeng Tangan Megawati di Rakernas PDIP

Momen Hangat Presiden Jokowi Gandeng Tangan Megawati di Rakernas PDIP

Nasional • 1 day ago

Momen kehangatan Presiden Jokowi dan Megawati tetangkap kamera saat pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ketiga PDI Perjuangan Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Selasa 6 Juni 2023. 

Momen harmoni terlihat ketika Presiden Jokowi menuntun Megawati Soekarnoputri turun tangga usai berfoto bersama di panggung acara. 

Terlihat, Jokowi langsung menyambut tangan dari Megawati dan menuntun untuk menuruni tangga. Megawati pun menyambut bantuan tangan Jokowi dengan tersenyum. 

Setelahnya, Presiden Jokowi dan Megawati menyapa para kader PDI Perjuangan yang hadir dalam ruangan rakernas. Kedatangan keduanya disambut meriah para kader yang hadir. 

Tidak berselang lama, Megawati memimpin Presiden Jokowi untuk mengikuti konferensi pers bersama awak media di lantai bawah Sekolah Partai. 

Presiden Jokowi Beri Arahan soal Situasi Indonesia di Masa Depan

Presiden Jokowi Beri Arahan soal Situasi Indonesia di Masa Depan

Nasional • 1 day ago

Dalam Rakernas PDIP, Presiden Joko Widodo memberi arahan soal situasi negara. Termasuk tantangan dan target pemerintah membawa Indonesia menjadi negara maju dalam 13 tahun ke depan. 

"Tantangan-tantangan yang dihadapi oleh negara kita utamanya dalam kesulitan-kesulitan global yang sudah sering saya sampaikan baik yang berkaitan dengan krisis pangan, krisis energi, krisis keuangan dan adanya perang," kata Jokowi dalam keterangannya, Selasa (6/6/2023).

Menurut Jokowi, tantangan-tantangan yang akan dihadapi Indonesia harus diketahui oleh kader PDIP. Hal itu dilakukan agar pemimpin Indonesia bisa mengelola bangsa Indonesia dengan baik. 

Sebelumnya, PDIP menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III pada 6-8 Juni 2023. Rapat ini membahas sejumlah hal substansial, termasuk strategi pemenangan Pemilu 2024. 

Rakernas ini dihadiri sejumlah tokoh sentral PDIP di antaranya Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Presiden Joko Widodo, Bacapres PDIP Ganjar Pranowo, dan Ketua DPR Puan Maharani. 

Jokowi: Cawe-Cawe di Pilpres 2024 Kewajiban Moral Sebagai Presiden

Jokowi: Cawe-Cawe di Pilpres 2024 Kewajiban Moral Sebagai Presiden

Nasional • 1 day ago

Presiden Joko Widodo mengaku cawe-cawenya pada Pilpres 2024 menjadi kewajiban dan tanggung jawab moral sebagai Presiden. Hal itu untuk menjaga transisi kepemimpinan nasional bisa berjalan dengan baik. 

“Menjadi tanggung jawab moral saya sebagai presiden dalam masa transisi kepemimpinan nasional di 2024 ya harus menjaga agar transisi kepemimpinan nasional serentak pilpres itu bisa berjalan dengan baik tanpa ada riak-riak yang membahayakan negara bangsa,” ujar Jokowi usai Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDI-P, Selasa (6/6/2023).

Presiden Jokowi tidak ingin ada hambatan di Pilpres 2024. Sehingga dirinya ikut campur untuk memastikan Pilpres berjalan dengan baik. 

Selain itu, Presiden Jokowi juga mengungkap bahwa keberanian dan nyali yang besar harus dimiliki seorang pemimpin negara. Dua hal itu merupakan modal untuk memimpin bangsa. 

“Kalau pemimpin ke depan seperti Pak Ganjar Pranowo, yang paling penting itu memang nyali itu nomor satu, berani itu nomor satu, berani dan punya nyali,” ungkapnya.

PDIP Bantah Isu Keretakan Hubungan Megawati dengan Jokowi

PDIP Bantah Isu Keretakan Hubungan Megawati dengan Jokowi

Nasional • 2 days ago

Isu keretakan hubungan antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Jokowi dibantah PDIP. Partai berlogo banteng itu menyebut hubungan keduanya semakin solid. 

"Kita kompak kita solid bahkan makin solid," kata bacapres PDIP Ganjar Pranowo. 

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto juga membantah isu keretakan hubungan itu. Ia memastikan isu tersebut muncul karena ulah orang-orang yang mempunyai kepentingan politik.  

Keretakan hubungan itu dikabarkan akibat pendeklarasian Ganjar sebagai bacapres PDIP. Jokowi juga kini lebih sering bersama Prabowo Subianto ketimbang Ganjar. 

Isu keretakan hubungan itu bahkan diulas media asing The Straits Times. Dalam beritanya, Jokowi disebut kecewa karena hampir tidak dilibatkan Megawati dalam pemilihan Ganjar sebagai bacapres PDIP. Jokowi juga dikatakan kesal karena usulan dua nama bacawapres Ganjar yang diajukannya direspons dingin Megawati. Karena itu, Jokowi mendukung Prabowo.

The Straits Times sendiri enggan menyebut narasumber yang berbicara keretakan hubungan itu. 

Presiden Jokowi Resmikan Jembatan Kretek 2

Presiden Jokowi Resmikan Jembatan Kretek 2

Nasional • 3 days ago

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Jembatan Kretek 2, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Nantinya, jembatan ini akan menjadi salah satu penopang aktivitas perekonomian dan sektor pariwisata di wilayah selatan Pulau Jawa. 

Jembatan Kretek 2 merupakan bagian proyek infrastruktur nasional Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) sepanjang 1.604 kilometer. Jembatan ini menghubungkan wilayah Banten, Jawa Barat, hingga wilayah paling ujung di Jawa Timur. 

Jembatan Kretek 2 dibangun di atas Sungai Opak, dengan panjang 747,7 meter. Proyek ini memakan biasa pembangunan hingga Rp364 miliar. 

Nilai ini diukur dengan kualitas bangunan yang diestimasikan dapat bertahan hingga 100 tahun mendatang. Serta, dibangun dengan konstruksi tahan gempa karena berada di patahan sesar aktif Opak. 

Diharapkan, jembatan ini bisa mempercepat program pemerataan ekonomi masyarakat. Sehingga, seluruh wilayah di Pulau Jawa tidak ada lagi kesenjangan ekonomi.

Warisan Politik ala Presiden Joko Widodo

Warisan Politik ala Presiden Joko Widodo

Nasional • 3 days ago

Beberapa bulan belakangan, Presiden Jokowi terus menggaungkan narasi kesinambungan dan keberlanjutan. Berbagai manuver politik dilakukan dengan alasan untuk mengamankan legasi Jokowi di masa depan. Parpol koalisi pun diorkestrasi agar sikap politik menopang ambisi Jokowi.

Narasi kesinambungan dan keberlanjutan awalnya dilihat sebagai sebuah kewajaran. Narasi itu dianggap sebagai aspirasi seorang Bapak Bangsa yang ingin menyejahterakan rakyatnya. Namun metode yang digunakan Presiden Jokowi makin tidak sejalan dengan prinsip demokrasi. 

Pekan ini terungkap niat Presiden Jokowi untuk cawe-cawe dalam pesta demokrasi. Saat bertemu sejumlah pemimpin redaksi di Istana, Presiden Jokowi menjelaskan motivasi politik cawe-cawenya yaitu untuk memastikan presiden berikutnya mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Jokowi menjadi presiden pertama Indonesia yang turun tangan untuk menyiapkan penggantinya. Dengan dalih untuk kepentingan negara, Presiden Jokowi melegitimasi berbagai manuver politiknya. Padahal ada alasan kuat mengapa Presiden diminta menjauhi kepentingan politik sesaat.

Boleh jadi ada itikad baik di balik sikap Jokowi. Namun pengamat menilai politik cawe-cawe dapat berdampak buruk terhadap proses demokrasi.

"Kalau misal negara tidak netral, maka proses demokrasi dalam konteks Pemilu 2024 menjadi dipertanyakan kredibilitas, keterbukaan, dan juga rasa keadilannya." ungkap analis politik, Ahmad Khoirul Anam.

Narasi keberlanjutan sangat mudah diselewengkan sebagai dalih melanggengkan kekuasaan. Cukup sulit mencari kebenaran. Penggunaan narasi kesinambungan dan keberlanjutan sebagai alasan memanipulasi suksesi kepemimpinan.

Faktanya kita memiliki UU No.25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Isinya menyatakan Pemerintah merancang rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) untuk kurun waktu 20 tahun. RPJP dijabarkan dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) dengan skala waktu lima tahun yang memuat visi misi dan program pembangunan presiden terpilih.

Itu artinya program setiap presiden baru harus berpedoman pada rencana yang dibuat pada era presiden sebelumnya. Jadi tak perlu Jokowi repot menyiapkan pengganti. Cukup siapkan rencana pembangunan untuk masa 2025-2045.

Begitu pula kepastian kesinambungan dan keberlanjutan proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara telah dijamin melalui Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022. Itu artinya siapa pun yang terpilih sebagai presiden wajib melanjutkan pembangunan IKN.

Faktanya sejumlah program unggulan Presiden Jokowi butuh waktu puluhan tahun ke depan. Program hilirisasi industri misalnya, dipastikan Luhut Binsar Panjaitan tidak akan selesai hingga 2040. Sedangkan program transisi energi untuk mencapai net zero emission ditargetkan baru tercapai pada 2060. Begitu pula pembangunan IKN yang dibagi dalam tiga tahap hingga 2045.

Akan celaka jadinya bila kesinambungan dan keberlanjutan diperlakukan Jokowi sebagai warisan yang diberikan kepada sosok yang direstuinya. Indonesia bukan negara monarki, namun menganut sistem demokrasi. Dalam negara demokrasi setiap pemimpin tidak diharamkan memiliki gaya tersendiri asalkan bertujuan untuk membangun negeri.

Jangan kita lupakan rezim Orde Baru memakai narasi kesinambungan dan keberlanjutan untuk melanggengkan kekuasaan. Agar gejolak politik dapat dihindari Pak Harto memimpin dengan 'tangan besi'. Demokrasi di manipulasi agar kelompok penguasa selalu memenangi kompetisi. Orde Baru tidak mengenal oposisi karena lawan politik selalu direpresi.

Namun rakyat akhirnya menyadari demokrasi lebih berharga daripada pertumbuhan ekonomi. Melalui Gerakan Reformasi, kebebasan berpolitik dan berekspresi dapat kita nikmati hingga saat ini.

Tak heran bila bacapres Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan, mengingatkan adalah rakyat yang menentukan suksesi kepemimpinan bukan tangan-tangan kekuasaan.

Jokowi Nabok Nyilih Tangan Lagi?

Jokowi Nabok Nyilih Tangan Lagi?

Nasional • 3 days ago

Presiden Jokowi beberapa kali disebut menerapkan taktik nabok nyilih tangan. Saat ingin menjegal pencalonan Budi Gunawan menjadi Kapolri misalnya, Jokowi disebut meminjam tangan KPK.

Upaya Moeldoko membajak Partai Demokrat diduga merupakan taktik nabok nyilih tangan menjelang Pilpres 2024. Pengurus Partai Demokrat menuding, Moeldoko menjadi perpanjangan tangan Presiden Jokowi untuk menjegal pencapresan Anies Baswedan.

Indikasi cawe-cawe Presiden Jokowi juga menguat dalam sengketa kepengurusan Partai Demokrat. Sengketa mencuat, akibat penyelenggaraan Kongres Luar Biasa Partai Demokrat. 

Dalam KLB di Deli Serdang pada 2021 itu, Kepala Staf Presiden Moeldoko terpilih sebagai ketua umum. Namun, Kemenkumham menolak mengesahkan pengurus Partai Demokrat kubu Moeldoko dan hanya mengakui struktur yang dipimpin Agus Harimurti Yudhoyono.

Namun, kubu Moeldoko terus melakukan berbagai upaya hukum untuk menguasai Partai Demokrat. Upaya Moeldoko mencopet Partai Demokrat diduga terkait Pilpres 2024.

Jika benar Moeldoko merupakan proxy yang mewakili kepentingan politik Presiden Jokowi, maka sekali lagi Jokowi menjalankan taktik nabok nyilih tangan

Meski begitu, tudingan bahwa manuver Moeldoko adalah bagian dari upaya istana menjegal bacapres Koalisi Perubahan untuk Persatuan Anies Baswedan, ditepis Menkopolhukam.

Referensi dan resistensi, menurut Denny Indrayana, menjadi kata kunci politik cawe-cawe Presiden Jokowi. Kelompok yang dianggap sebagai kawan jalannya dilapangkan, sementara mereka yang dianggap berseberangan terus dihalangi, dipersulit, dan ditekan.

Saat kepala pemerintahan jelas menunjukkan sikap keberpihakan, kualitas pesta demokrasi jadi taruhan. Presiden harus netral, tidak bisa ditawar. Pemegang kekuasaan yang baik, jangan melakukan intervensi politik. 

Keberlanjutan Pembangunan Jadi Alasan Cawe-Cawe Politik Jokowi

Keberlanjutan Pembangunan Jadi Alasan Cawe-Cawe Politik Jokowi

Nasional • 3 days ago

"Personel dalam pemerintah bisa berganti, tapi perjuangan tak boleh berhenti," demikian pesan Presiden Jokowi dalam pidato puncak peringatan Hari Lahir Pancasila yang tampaknya ingin menekankan keberlanjutan pembangunan sebagai prioritas kerja di penghujung masa jabatan.

Beberapa bulan belakangan Jokowi terus mengumandangkan narasi keberlanjutan. Ragam manuver politik dilancarkan dengan alasan mengamankan warisan Jokowi di masa depan. Partai politik koalisi diatur agar sikap politik menopang ambisi Jokowi. 

Narasi keberlanjutan awalnya dilihat sebagai sebuah kewajaran. Narasi itu dianggap sebagai aspirasi seorang bapak bangsa yang ingin menyejahterakan rakyatnya. Namun, metode yang dipakai Jokowi semakin tak sejalan dengan prinsip demokrasi. 

Pekan ini, terungkap niat Jokowi untuk cawe-cawe dalam Pilpres 2024 saat bertemu sejumlah pemimpin redaksi di Istana. Ia menyatakan motivasi politik cawe-cawenya untuk memastikan presiden selanjutnya mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Jokowi menjadi presiden pertama Indonesia yang turun tangan menyiapkan penggantinya dengan dalih kepentingan negara. Ia mengesahkan berbagai manuver politiknya. Padahal, ada alasan kuat Jokowi diminta menjauhi kepentingan politik sesaat.

"Kalau Presiden tidak netral ke sebagian partai dan sebagian iya (berarti) itu sudah berpihak. Di tangan Presiden itu ada hukum, ada demokrasi, ada ABPN ribuan triliun, ada aparat, ada intel, itu bisa dikerahkan ke sana kemari," kata pakar ekonomi politik, Didik J. Rachbini. 

Bisa jadi ada maksud baik di balik sikap Jokowi. Namun, pengamat menilai politik cawe-cawe dapat berdampak buruk bagi proses demokrasi. 

Baliho Jokowi Dukung Prabowo Nyapres Juga Muncul di Bandar Lampung

Baliho Jokowi Dukung Prabowo Nyapres Juga Muncul di Bandar Lampung

Nasional • 4 days ago

Baliho dukungan Presiden Joko Widodo mencalonkan Prabowo Subianto sebagai presiden pada Pemilu 2024 terpampang di sejumlah daerah. Tidak hanya di Jakarta, baliho serupa juga terlihat di Kota Bandar Lampung, Lampung. 

Baliho bergambar Presiden Joko Widodo yang mengenakan kemeja putih dan berdasi merah dengan jas hitam sambil tersenyum tertulis '2024 Jatahnya Pak Prabowo' ini terlihat di Jalan Antasari, Bandar Lampung, Lampung. 

Sedangkan di bagian bawah baliho terlihat foto Presiden Joko Widodo bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Di baliho itu, juga bertuliskan 'Bersatu Membangun Bangsa'  

Warga sekitar mengaku tidak tahu persis kapan baliho itu terpasang. Namun, warga menduga baliho tersebut dipasang pada malam hari. 

Sebelumnya, sebuah baliho bergambar foto Presiden Joko Widodo dan Prabowo juga terpampang di ruas Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Baliho itu bertuliskan 'Menang Bersama untuk Indonesia Raya'. 

Di baliho itu terdapat dua foto, yakni foto pertama yang menunjukkan momen Prabowo menyupiri. Sedangkan foto kedua menampilkan Prabowo dan Jokowi sedang melangsungkan konferensi pers. Baliho tersebut sudah terpampang beberapa hari. 

Cukup 'Gawe', Usah Cawe-Cawe

Cukup 'Gawe', Usah Cawe-Cawe

Nasional • 4 days ago

Pengakuan Presiden Joko Widodo yang menyatakan akan cawe-cawe demi bangsa dan negara di hadapan pemimpin media, Selasa (30/5/2023) lalu, mengundang hujan kritik. Sejumlah pihak menyatakan pernyataan Presiden Jokowi ini dinilai bisa menghancurkan demokrasi.

Secara terbuka di hadapan sejumlah pemimpin media, Presiden Jokowi mengatakan akan cawe-cawe dalam pemilu 2024. Jokowi beralasan dirinya sedang mengupayakan Indonesia menjadi negara maju.

Hal itu dilakukan untuk memastikan berlanjutnya kebijakan strategis nasional seperti pengembangan ekonomi dan pembangunan IKN. Namun benarkah Presiden Jokowi tidak akan cawe-cawe dalam politik praktis di pesta demokrasi?

Jika maksud pernyataan Presiden Jokowi itu hanya sebatas untuk memastikan kelancaran pemilu, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla menilai pernyataan Jokowi yang akan cawe-cawe dalam Pemilu 2024 tidak perlu dipersoalkan.

Namun siapa yang bisa menjamin Presiden Jokowi dengan segala kewenangan yang dimilikinya tidak tergoda ikut campur dalam politik praktis? Diksi cawe-cawe yang dilontarkan Presiden Jokowi dengan alasan ingin memastikan pemilu berlangsung jujur dan adil dinilai multi-tafsir dan punya banyak makna.

Kekhawatiran manuver Presiden Jokowi juga disuarakan pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) Abdillah Toha yang mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Jokowi. Pasalnya, langkah dan sikap Presiden Jokowi dinilai sangat kasar dan ikut campur dalam kandidasi. 

Ribuan Relawan Jokowi Bakal Deklarasikan Dukungan untuk Ganjar

Ribuan Relawan Jokowi Bakal Deklarasikan Dukungan untuk Ganjar

Nasional • 4 days ago

Ribuan relawan pendukung Jokowi akan mendeklarasikan dukungan bagi bakal calon presiden dari PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo, Sabtu (3/6/2023). Deklarasi digelar malam nanti di Basket Hall Senayan, Jakarta. 

Sekitar tujuh ribu relawan dari 117 organisasi pendukung Jokowi akan mendeklarasikan dukungan ke Ganjar Pranowo sebagai bakal capres 2024. Beberapa organisasi relawan jokowi yang mengikuti deklarasi di antaranya adalah Blusukan Jokowi dan Pasukan Perang Darat (PPD). 

Dalam acara deklarasi relawan ini, Ganjar juga dijadwalkan hadir untuk memberikan sambutan di tengah pendukungnya.

Ganjar dinilai sebagai sosok yang akan melanjutkan warisan, program, dan memiliki visi yang sama dengan Joko Widodo.

Jusuf Kalla Dukung Presiden Jokowi Jadi Wasit Pemilu

Jusuf Kalla Dukung Presiden Jokowi Jadi Wasit Pemilu

Nasional • 5 days ago

Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla menilai setiap pemimpin mempunyai cara dan gaya yang berbeda untuk mewujudkan tujuan pembangunan. Perbedaan cara masing-masing  pemimpin bisa saja dilakukan dengan syarat tujuannya sama yakni menjadi negara maju. 

"Caranya tentu berbeda, masing-masing pemimpin dan pemerintahan. Tujuannya sama, tidak ada perbedaan negeri ini, tidak ada perbedaan tujuan. Justru yang diharapkan itu tidak ikut campur dan aparat tidak ikut campur, hanya sebagai wasit. Itu kita dukung," kata Jusuf Kalla. 

Sebelumnya, Presiden Jokowi memastikan dirinya akan cawe-cawe atau terlibat langsung dalam Pemilu 2024. Hal itu disampaikan Jokowi saat bertemu sejumlah pemimpin media massa di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (29/5/2023).

Pihak Istana menyebut presiden ingin memastikan Pemilu 2024 berlangusng secara demokratis, jujur, dan adil. Presiden berharap pemimpin ke depan dapat mengawal dan melanjutkan kebijakan-kebijakan strategis, seperti pembangunan IKN, hilirisasi, dan transisi energi bersih.

Jokowi Diminta Cawe-Cawe Pertahankan Sistem Pemilu

Jokowi Diminta Cawe-Cawe Pertahankan Sistem Pemilu

Nasional • 5 days ago

Masyarakat menanti putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal gugatan sistem pemilu. Jokowi diminta cawe-cawe persoalan itu dengan mengawal demokrasi agar pemilu tetap dilaksanakan dengan sistem proporsional terbuka.

Persoalan gugatan sistem pemilu di Mahkamah Konstitusi masih terus bergulir. Mayoritas fraksi di DPR tidak setuju dengan isu MK akan mengubah sistem pemlu menajdi sistem tertutup. Mereka beramai-ramai mengingatkan agar MK tidak melampaui kewenangan yang dimilikinya. 

Dalam sistem gugatan sistem pemilu, seharusnya MK menyadari bahwa mengubah sistem, bukanlah ranah mereka. Wakil Ketua MPR RI, Yandri Susantio beropini bahwa MK "main dua kaki" jika sistem pemilu berubah menjadi tertutup.

Jika hal itu terjadi, maka akan terjadi kendala dalam proses pemilu yang sudah hampir rampung. Para caleg bahkan berpotensi mengundurkan diri beramai-ramai.

Melihat hal ini, Jokowi diminta cawe-cawe, tetapi bukan untuk mengintervensi MK. Namun, Ia harus memastikan bahwa sistem pemilu terbuka masih menjadi yang terbaik demi keberlangsungan demokrasi di Republik Indonesia.

Bedah Editorial MI: Dukacita Netralitas Kepala Negara

Bedah Editorial MI: Dukacita Netralitas Kepala Negara

Nasional • 5 days ago

Hajatan besar bangsa Indonesia yang digulirkan setiap lima tahunan kian dekat, tinggal tujuh bulan lagi. Rakyat akan berbondong-bondong ke bilik suara mencari pemimpin baru untuk Indonesia. Pemimpin yang membawa harapan dan segudang kebaikan.

Sudah barang tentu partisipasi aktif masyarakat sangatlah penting di pemilu. Dari tangan mereka lahir sosok yang akan membentuk masa depan Indonesia. Celakanya, masyarakat seperti sedang digiring untuk memilih satu atau dua figur tertentu lewat cawe-cawe penguasa.

Ini bacaan di ruang publik yang suka tidak suka harus kita sampaikan dengan terus terang. Presiden Joko Widodo sempat membantah ingin cawe-cawe di pemilu, tapi belakangan malah ia akui sendiri. Inilah yang namanya tidak konsisten, mencla-mencle, pagi kedele sore tempe.

Ikut campurnya Jokowi di Pemilu Presiden 2024 dilatarbelakangi hasrat mencari penerus demi menjaga keberlanjutan pembangunan. Boleh-boleh saja Jokowi berharap. Yang tidak boleh ialah mendikte demokrasi dan mengebiri hak rakyat.

Rakyat tidak harus tegak lurus dengan pilihan Kepala Negara. Toh, apa yang baik menurut Jokowi belum tentu baik di mata rakyat. Berbeda pendapat sejatinya adalah esensi berdemokrasi. Karena itu, kita ingin memastikan agar tidak ada lagi cawe-cawe dari Istana.

Tanpa kepastian itu, apa pun yang disampaikan Jokowi hanyalah bunyi-bunyian yang memekakkan telinga rakyat. Dalam pidato Hari Lahir Pancasila, Kamis (1/6), Jokowi menyinggung perlunya menyambut Pemilu 2024 dengan kedewasaan dan sukacita.

Bagaimana rakyat bisa bersukacita di pesta demokrasi kalau pilihan saja terkesan dibatasi? Kalau ingin rakyat menyambut pemilu dengan sukacita, jangan kebiri peserta kontestasi. Jangan biarkan harapan itu layu sebelum berkembang, dibunuh ketika hari masih pagi.

Oleh karena itu, kita mendorong Presiden Jokowi bertindak sebagai jangkar bagi kapal besar bernama Indonesia. Ia punya peran penting dalam menjaga posisi kapal tetap stabil dan tidak terombang-ambing selama tahapan pesta demokrasi berlangsung.

Penumpang yang tidak lain ialah rakyat akan menjadi tenang. Tenang karena tahu persis bahwa Kepala Negara tidak akan cawe-cawe ketika rakyat hendak menunaikan hak demokrasi mereka. Tenang karena yakin tidak ada wasit yang turun ke lapangan sekaligus berkostum pemain.

Ketenangan ini juga seharusnya dimiliki Jokowi. Bukankah berbagai survei menyebutkan masyarakat puas terhadap kinerjanya. Salah satu lembaga malah menyebut kepuasan terhadap Jokowi mencapai angka 82%, tertinggi selama menjadi presiden.

Seharusnya ia tidak perlu khawatir tentang siapa yang kelak akan menggantikannya di kursi Istana. Kalau Jokowi resah, publik justru jadi bertanya-tanya. Apakah tingkat kepuasan tersebut valid atau sebenarnya angka jadi-jadian?

Terlepas dari apa pun hasil survei, kita tidak jemu-jemu mengingatkan Jokowi untuk tetap menjadi negarawan. Ia harus konsisten di jalur itu. Publik nanti akan mengenangnya sebagai pemimpin demokratis, bukan pemimpin yang dikejar bayang-bayang ketakutannya sendiri.

Kalau ingin rakyat menyambut pesta demokrasi Pemilu 2024 dengan kedewasan, dengan sukacita, dengan memegang teguh nilai-nilai Pancasila, janganlah cawe-cawe. Ketika Jokowi tak netral, justru yang terjadi ialah petaka dan kemunduran demokrasi.

Percayalah kepada siapa pun yang nantinya terpilih. Toh ketika nanti tidak lagi menjabat, Jokowi tetap bisa mengontrol jalannya roda pemerintahan lewat para wakil rakyat hasil Pemilu 2024. Di situ sudah disediakan mekanisme pengawasan agar Indonesia tidak kehilangan momentum pembangunan seperti yang tengah ia cita-citakan.

Direktur Eksekutif Voxpol: Keberlanjutan Pembangunan Ada pada Pilihan Rakyat

Direktur Eksekutif Voxpol: Keberlanjutan Pembangunan Ada pada Pilihan Rakyat

Nasional • 5 days ago

Ikut campurnya Jokowi di Pilpres 2024 dilatarbelakangi hasrat mencari penerus demi menjaga keberlanjutan pembangunan. 

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menyebut keberlanjutan pembangunan pada akhirnya ada pada pilihan rakyat, bukan yang dikehendaki oleh Presiden Jokowi. 

"Ini bukan untuk kepentingan pribadi, kata Pak Jokowi ini untuk kepentingan bangsa dan politik. Tapi kedaulatan tertinggi selera rakyat itu tidka bisa diintersubjektifkan oleh Presiden Jokowi," kata Pangi. 

Sebelumnya, Presiden Jokowi memastikan dirinya akan cawe-cawe atau terlibat langsung dalam Pemilu 2024. Hal itu disampaikan Jokowi saat bertemu sejumlah pemimpin media massa di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (29/5/2023).

Pihak Istana menyebut presiden ingin memastikan Pemilu 2024 berlangusng secara demokratis, jujur, dan adil. Presiden berharap pemimpin ke depan dapat mengawal dan melanjutkan kebijakan-kebijakan strategis, seperti pembangunan IKN, hilirisasi, dan transisi energi bersih.